Sabtu, 18 Oktober 2014

TUGAS TULISAN TEORI ORGANISASI UMUM 1

Performa Samsung Electronics dalam 2 dekade terakhir ini begitu mencorong.
Dalam daftar perusahaan Global 500 yang dirilis oleh majalah Fortune tahun 1996 Samsung Electronics berada di urutan ke 120 secara keseluruhan, urutan ke 14 di industri elektronik, electrical equipment, dan urutan ke 5 berdasarkan negara, Korea Selatan. Samsung Electronics adalah perusahaan elektronik dan teknologi informasi  multinasional yang berkantor pusat di Samsung Town, Seoul, Korea Selatan, dan merupakan subsidiary dari Grup Samsung. Samsung Electronics memiliki pabrik perakitan dan jaringan penjualan di 60 negara di seluruh dunia dengan jumlah karyawan mencapai 200.000 orang lebih. Samsung Electronics, untuk selanjutnya hanya akan disebut sebagai Samsung saja, adalah pemimpin pangsa pasar di dunia untuk lebih dari 60 produk, diantaranya adalah : Semikonduktor (DRAM, SDRAM, Flash Memory, Hard Drive), Penampil/ layar Digital (LCD, Plasma, OLED), Perangkat elektronik (TV, Pemutar DVD, Pemutar Blu-ray, Home cinema, set-top box, Proyektor), Perangkat bergerak (Handphone, Pemutar MP3, Kamera Digital, Camcorder), Perangkat komputer (Monitor, Laptop, UMPC, Drive CD dan DVD, Printer laser, Faksimil), Perangkat rumah tangga (Kulkas, Mesin cuci, Microwave, Oven, Penyedot debu, Pendingin ruangan). Dalam 5 tahun terakhir, Samsung bisa dibilang telah menjadi  raja baru di dunia elektronik dunia.

Dalam satu dekade terakhir ini, perkembangan dunia elektronika dunia seakan makin menggila dan makin berkembang dengan pesat. Tidak hanya teknologinya namun juga peredarannya. Dan bagi Samsung sendiri memilih strategi memburu lawan yang menjadi nomer 1 dan mengalahkannya. Inilah motivasi sekaligus strategi dasar yang membuat Samsung menjadi seperti saat ini. Sebagai awal ialah menargetkan untuk mengalahkan Sony, utamanya di bidang pertelevisian. Samsung berhasil mendepak Sony dari 20 besar Interbrand’s Annual 100 Top Global Brands by dollar value yang diterbitkan oleh majalah mingguan BusinessWeek pada bulan July 2005, dengan value mencapai hampir 15 milyar dolar. Ini bahkan sekaligus menggeser posisi Morgan Stanley, Volkswagen dan Hewlett-Packard. Di segmen pertelevisian, Samsung memiliki posisi market yang dominan. Selama 4 tahun sejak 2006, Samsung memimpin jumlah penjualan TV dan sepertinya akan terus begitu. Di pasar global layar LCD, Samsung telah memimpin selama 8 tahun berturut-turut. Pada tahun 2009 Samsung menjadi perusahaan penyedia peralatan IT terbesar di dunia mengalahkan Hewlett-Packard dengan sales revenue terbesar di dunia di area layar LCD dan LED, dan chip komputer.Terakhir Pada kuartal pertama tahun 2012 ini menjadi perusahaan yang merajai penjualan terbanyak telepon selular dalam tipe apapun menggeser Nokia. Bahkan, untuk tipe smartphone mampu mengalahkan Apple Corp. dengan iPhone-nya.


Purpose

Yang menarik kemudian adalah, bagaimana Samsung meraih semua keunggulannya ini. Memang ada banyak faktor yang menunjang performa hebat Samsung ini, namun dalam tulisan ini, guna menyesuaikan dengan topik perkuliahan Strategy and Management, penulis merasa akan lebih menarik untuk menyajikan kecepatan Samsung dalam upayanya mendorong performa perusahaannya. Penulis merasa yakin bahwa yang dilakukan oleh Samsung dengan melakukan sinergi antara nilai-nilai budaya nasional bangsa Korea, dimana perusahaan berasal ke dalam budaya organisasi perusahaan dan struktur organisasi yang menunjangnya sebagai strategic management merupakan salah satu faktor kunci bagaimana Samsung memiliki kecepatan mengimplementasikan keputusan maupun strategi yang pada akhirnya mendorong performa perusahaan.


The Study

Meminjam definisi yang disampaikan oleh Rajiv Nag, Donald Hambrick dan Ming-Jer Chen, yang juga sering menjadi acuan beberapa penulis, strategic management is a field that deals with the major intended and emergent initiatives taken by general managers on behalf of owners, involving utilization of resources, to enhance the performance of firms in their external environments. Strategic management memerlukan spesifikasi dari misi, visi dan tujuan perusahaan, mengembangkan kebijakan dan perencanaan, seringkali dalam bahasa proyek dan program juga, yang didesain guna meraih tujuan-tujuan tersebut, dan kemudian mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam mengimplementasikan kebijakan dan perencanaan, maupun proyek dan program, yang telah dibuat. Dalam kasus Samsung ini, lebih difokuskan pada sinergi budaya, nilai-nilai budaya Korea dan budaya perusahaan, sebagai faktor yang menunjang kelancaran strategic management Samsung.

Beberapa nilai Confusian yang dianggap ada dalam budaya perusahaan di beberapa perusahaan di Korea diantaranya adalah, paternalistic leadership, family-like working environment, hierarchical structure, importance of family ties and blood-based succession, gender inequality, dan collectivism. Dalam kasus Samsung ini, akan lebih difokuskan pada nilai-nilai paternalistic leadership, hierarchical structure, dan collectivism.

Dalam Corporate Culture of Korean Business, Xiaohui Zhang dan Yew Kok Poong menyebutkan bahwa budaya merupakan a set of values, beliefs, and habits that are shared by the people in society or nation, influencing their attitudes and behaviors. Sementara budaya perusahaan adalah a set of values,beliefs, and attitudes that is shared by people in an organization within the national culture. Mereka juga menyatakan bahwa budaya perusahaan mempengaruhi performa perusahaan.
Sementara Tan Soo Kee dalam Influences of Confusianism in Korean Corporate Culture menyebutkan karakteristik budaya perusahaan-perusahaan di Korea dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang tertua adalah dari Confucianism, dan yang dewasa ini mempengaruhi adalah dari Jepang dan dari Amerika. Confucianism sendiri sebagai salah satu falsafah negara Korea secara terus menerus mempengaruhi perkembangan sistem nilai budaya dan masyarakat Korea, termasuk juga hubungan keluarga dan strattifikasi sosial. Nilai-nilai Confucian seperti menghormati yang lebih tua, loyalitas pada superiorsdan senior, hubungan yang harmonis dan keutamaan perilaku meurut pada anak lelaki ketimbang perempuan, merupakan nilai-nilai yang secara signifikan mempengaruhi hubungan inter-personal dan budaya kerja di Korea. Banyak pendiri chaebol, konglomerasi Korea, yang terkenal dengan kerja keras mereka dan hubungan kepemimpinan yang paternalistis dalam mengelola perusahaan mereka. Dan para pekerja diperlakukan seolah bagian dari keluarga mereka dan sebagai gantinya mereka, para pekerja diharapkan mampu dan mau berkorban sebagian dari kepentingan pribadi mereka demi keuntungan perusahaan.

Sementara dalam term budaya perusahaan, mereka meminjam yang digunakan oleh G. Hofstede dalam Cultures and Organization: Software of the Mind, dimana budaya diasosiasikan dengan budaya tertentu dalam organisasi dan dapat digunakan pada mereka yang bekerja pada perusahan tersebut. Dengan kata lain, budaya perusahaan dapat dijelaskan sebagai budaya sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama, dimana kelompok ini dapat berupa perusahaan maupun organisasi. ketika sekumpulan nilai dan perilaku beberapa orang dalam suatu kelompok terkombinasi, maka secara otomatis budaya akan terbentuk dengan sendirinya.

Untuk budaya perusahaan yang diambil adalah Top-Down Management, speedness atau rapidity atau sense of urgency yang mewakili kecepatan yang dimiliki oleh Samsung.

The Findings

Dalam Sony vs. Samsung, Chang Sea-Jin meyakini bahwa perbedaan kinerja Sony dan Samsung tidak berakar pada strategi-strategi mereka, sebaliknya, proses-proses organisasional dan kepemimpinan para eksekutiflah yang mungkin menyebabkan perbedaan tersebut. Entah disengaja atau tidak, para pemimpin Samsung, yang masih keluarga pendiri dari generasi ke generasi telah menanamkan dan membentuk struktur dan budaya organisasi yang membuat Samsung menjadi seperti sekarang ini. Jika di dunia barat Weberian jamak dengan Protestant values-nya, demikian halnya yang terjadi di beberapa perusahan di Korea Selatan, termasuk Samsung ini. Dengan Confusian values, organisasi dan budaya perusahaan dibangun dan dikembangkan. Confusian values yang dimaksud diantaranya adalah paternalistic leadership, hierarchical structure, dan collectivism. Ketiganya ditambah dengan nilai budaya Korea lainnya seperti disiplin, senioritas, menghargai yang lebih tua serta loyalitas yang tinggi mampu menyokong struktur organisasi perusahaan Samsung yang berbentuk Top-Down management dan kebutuhan akan kecepatan.

Seorang vice excecutive president dari Intel corp., Sean M. Maloney menyampaikan “ketika Samsung ingin sesuatu dikerjakan, keputusan datang dari atas ke bawah, dan setiap orang bergerak secepat kilat untuk melaksanakan hal tersebut.” Terlihat bahwa Samsung memang memiliki manajemen yang bersifat Top-Down. Dan budaya organisasi Samsung yang menghargai senioritas, kepemimpinan yang paternalistik sehingga tidak mempertanyakan perintah atasan, membantu mempercepat eksekusi, implementasi strategi yang telah dirancang di tingkat atas dengan segera dan pada kecepatan yang tidak dapat dibandingkan. Model ini tidak terjadi begitu saja, namun lebih kepada by design, atau disengaja untuk dibuat demikian. Semenjak pendiriannya, Lee Byung-Chull telah menamkan budaya perusahaan yang menitikberatkan pada integrasi dan efisiensi dengan karyawan berbakat dan berorientasi pada pelaksanaan.Dan semenjak dimulainya kepemimpinan Lee Kun-He menggantikan pendiri perusahaan yang juga ayah kandungnya, dengan memproklamasikan ‘pendirian kedua’ yang dikenal dengan New Management Movement, dan berusaha menanamkan kepekaan untuk bertindak cepat (sense of urgency). Bahkan sejak awal penerimaan karyawan sekalipun, telah dilakukan pelatihan-pelatihan dengan menitikberatkan pada loyalitas dan kepatuhan yang mampu menunjang kecepatan tersebut. Sementara untuk tingkat para manajer tetap sama hanya ditambahkan semangat can do, yang tentu saja dalam upayanya menunjang kecepatan pelaksanaan tugas.

Melalui New Management Movement, Lee Kun-He berusaha merubah perilaku para manajer yang tidak juga segera berubah hingga tahun 1993 mengadakan pertemuan di Frankfurt dan mencanangkannya. Dengan slogan “Manajemen Baru Samsung”, Lee Kun-He mengejar “manajemen berbasis kualitas”, “globalisasi”, dan “integrasi” sebagai cara memperkuat keunggulan perusahaan menjadi perusahaan kelas dunia di abad kedua puluh satu. Sasaran-sasaran ini adalah usaha menjawab perubahan mendasar, seperti semakin pentingnya peranti lunak, globalisasi dan integrasi teknologi. Manajemen berbasis kualitas adalah suatu usaha untuk meningkatkan keunggulan dengan mencapai peningkatan kkualitas. Ini lebih dari sekedar produk dan orang. Samsung Group melihatnya sebagai prasyarat menuju globalisasi dan integrasi.

Globalisasi adalah batu loncatan bagi samsung untuk meningkatkan manajemennya secara menyeluruh, termasuk teknologi, kualitas, dan pemasaran, dan menyusul para pemimpin pasar lainnya. Integrasi adalah tentang menciptakan sinergi organis dari berbagai infrastruktur, fasilitas, fungsi, teknologi, dan peranti lunak yang saling berkaitan serta memaksimalkan keunggulan dan efisiensi. Ringkasnya, tujuan umum gerakan tersebut adalah mempertegas gagasan bahwa Samsung dapat menciptakan efek sinergis yang besar dan menjadi perusahaan kelas atas asalkan dapat memfokuskan dan mengintegrasikan berbagai kekuatan yang dimilikinya.

New Management Movement ini, sedikit banyak mirip dengan strategi manajemen Jack Welhc di General Electronics (GE), hanya berbeda dari urutannya saja. GE memulainya dengan restrukturisasi dan bermuara pada sebuah program kerja yang akan merombak pola pikir organisai dan karyawan. Sedangkan Samsung melakukan sebaliknya karena pembatasan aturan di Korea mengenai restrukturisasi dan mengedepankan mengubah pola pikir terlebih dahulu.



The Analysis and Critics

Jika dibawa ke dalam study strategi, bahwa yang dilakukan oleh Samsung ini sebenarnya hanyalah sebuah manajemen, hal yang rutin dan jamak dilakukan oleh berbagai perusahaan yang ada didunia. Setiap perusahaan tentu saja akan melakukan penyesuaian budaya perusahaan dengan budaya lokal agar dapat melakukan sinergi dan memacu performa perusahaan. Tidak ada inovasi didalamnya, apalagi manuver.

Perbedaan antara strategi dan manajemen terletak pada tindakan. Dimana strategi tentang melakukan hal yang benar dan manajemen lebih kearah melakukan hal dengan benar. Dan yang menjadikannya manajemen strategis adalah upaya untuk lebih dari sekedar operasional yang efektif namun juga lebih kepada bagaimana memenangkan persaingan. Inilah penerapan strategi dari militer ke bisnis. Seperti pada New Management Movement yang dimiliki oleh Samsung. Dan, memang benar-benar terbukti bahwa yang terjadi di Samsung adalah pemindahan strategi dari medan perang ke ruang rapat, serta adanya pemusatan dalam penyusunan rencana.

Yang dimiliki oleh Samsung ini hanya kecepatan dalam mengimplementasikan rencana yang terpusat dan telah dibuat di ruang rapat oleh petinggi perusahaan. Ini adalah merupakan efektifitas yang rutin, tidak berbeda, dan biasa terjadi di berbagai perusahaan, bukan inovasi apalagi manuver. Jadi, sebagaimana yang disampaikan oleh Michael E. Porter, ini sebenarnya bukanlah strategi, melainkan hanyalah suatu operational efectiveness.

Namun, apa yg dimiliki Samsung ini justru hebat. Dan sukses. Mereka cukup menggunakan manajemen yang klasik, hirarkis, dan kaku dan tetap sukses mengalahkan perusahaan lainnya. How come? Simply put, mereka punya produk global, yang tidak terlalu butuh penyesuaian dengan selera lokal agar dapat diterima. Dan secara manajemen, sinergi budaya Korea dan budaya perusahaan Samsung memangkas perdebatan yang muncul tanpa membutuhkan manuver.  Sedangkan untuk inovasi, pada produk, mereka cukup mendirikan sebuah divisi khusus yang menangani dan mengembangkannya.





Conclusion

Kecepatan dalam mengimplementasikan keputusan maupun strategi sebagai salah satu faktor keunggulan Samsung dalam meraih performa yang seperti sekarang ini. Ada dua hal yang menjadi faktor utama dalam meraih kecepatan pelaksanaan di dalam Samsung (baik Samsung Grup maupun Samsung Electronics). Pertama adalah dalam hal budaya perusahaan, dimana Samsung melalui pendirinya Lee Byung-Chul sejak awal pendiriannya telah berupaya untuk mampu melakukan sinergi budaya nasional kedalam budaya organisasi perusahaan. Dan yang kedua adalah struktur organisasi yang sejak awal didesain dengan model top down management yang, dalam kasus Samsung ini, mampu menunjang upaya meraih kecepatan yang diinginkan dalam mengimplementasikan keputusan maupun strategi yang telah dibuat di tingkat top-management.

maka menurut saya samsung electronics sistem organisasi dan manejemen nya tidak lepas
dari Confusian values yang dimaksud diantaranya adalah paternalistic leadership, hierarchical structure, dan collectivism. dan ditambah juga dengan nilai budaya Korea lainnya seperti disiplin, senioritas, menghargai yang lebih tua serta loyalitas yang tinggi mampu menyokong struktur organisasi perusahaan Samsung yang berbentuk Top-Down management dan kebutuhan akan kecepatan. sehingga sistem manejemen dan organisasi samsung electronics tidak terlepas dari nilai budaya korea itu sendiri yg membuat samsung electronics menjadi salah satu perusahaan electronics terbesar di dunia.

SUMBER :

http://eb_koesprabowo-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-62758-STKS-Strategic%20Management:%20Sinergi%20Budaya%20Perusahaan%20dan%20Struktur%20Organisasi%20sebagai%20Strategic%20Management%20Samsung%20Electronics%20dalam%20Mendongkrak%20Performa%20Perusahaan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar